ERA BANGKITNYA BAND DI INDRAMAYU (A HISTORY)

Oleh : Memphis S

Awal kebangkitan munculnya group band di Indramayu dimulai pada akhir tahun ’60-an. Tercatat hanya satu band kala itu, namanya The Brim’s. Band ini terlahir dari sebuah institusi bank yang paling tersohor, BRI Indramayu. Oleh karenanya, nama band diambil dari singkatan nama bank tersebut. Inilah formasi awal para pemain The Brim’s : Haryono (Totot), Daman, Samukti dan Toto. Sebagian pemain kini telah tiada. Mereka menyanyikan lagu-lagu The Beatles, The Cats secara group dan membawakan lagu-lagu Elvis Presley, Engelbert Humperdinck bila menghadirkan soloist. The Brim’s rutin latihan di jalan Veteran dengan alat band sederhana milik sendiri. Kalaupun pentas, harus menyewa sound system dari Cirebon. Pemilik sound system paling terkenal di Cirebon waktu itu, Taryono di jalan Bima.
Sampai pertengahan tahun 1970 The Brim’s tetap eksis meski mengalami gonta-ganti personil. Nama-nama yang ikut membesarkan The Brim’s selanjutnya : Ibu Ilah, Edi Rustandi, Agus M. Hidayat, Untung Susyadi, Gatot, Wibisono, Suhar, Iping S dll.
Seiring kepindahan lokasi kantor BRI Cabang Indramayu ke jalan DI Panjaitan, nama The Brim’s berubah menjadi The Bripan’s alias BRI Panjaitan.

Adalah Pemkab Indramayu (dulu masih Pemda Tk II Indramayu) membeli seperangkat alat band lengkap. Maka lahirlah group musik berbendera Band Pemda yang digawangi Agus Supardi, Bambang Suratno, Baitha Nusantara, Kusmo Rahardjo, Riva’I Alvin dkk. Pada era ini gaung musik hard rock tengah merambah dunia lewat supergroup Deep Purple. Pengaruh Richie Blackmore cs bukan hanya lewat musik, namun sosok penampilannya menjadi ‘trendsetter’. Maka jangan heran, celana cutbray dan rambut panjang menjadi ciri para personil Band Pemda. Instrumen musik yang dipakai waktu itu, gitar melodie dan bass Yamaha, organ Yamaha, drum Premier dan sound system Yamaha. Instrumen inilah satu-satunya alat band yang dipakai pula oleh beberapa kelompok band anak muda di luar lingkungan Pemda. Mereka diberikan kesempatan ikut latihan di bawah asuhan seniornya. Jadi, kemunculan Band Pemda diteruskan oleh anak-anak muda se-usia rata-rata SMA yaitu Bomar, Runtiq, Kartini Group, Kansas dan Morris. Band-band ini bertahan lama karena kedekatan dengan orang-orang Pemda. Selain itu, jarak antara base camp dan Pendopo untuk latihan cukup dekat. Sebut saja Bomar (Bocah Margasari), berlokasi di jalan Letnan Sutejo, Runtiq di jalan Letjen S. Parman, Kartini Group di jalan RA Kartini dan Kansas bermarkas di jalan R. Sudibyo. Sebelum ada Kansas dan Morris, pada tahun 1980, Indramayu sebenarnya sudah punya Rozier Band, terdiri dari para pelajar SMP N 1 (sekarang SMP N 1 Sindang) : Bambang, Wibisono, Cecep, Totok Sukarno, Yudi di bawah arahan Iwan. Band 'imut' ini berlatih di kantor Dinas PU Pengairan atas ijin kepala kantor yang juga ayah salah satu personil Rozier Band. Tak berselang lama, sejarah mencatat munculnya band wanita pertama di Indramayu, namanya AtlanticBand ini dibina langsung oleh Kapolres Indramayu, Kapt. Didin dengan anggota Wiwiek, Nunung, Tetty, Lolita plus additional player Johny.
Lantaran tidak semua anak muda dapat kesempatan untuk bisa menggunakan alat band, sedangkan peralatan hanya satu-satunya, maka untuk menampung keinginan mereka, beberapa band merekrutnya dan membentuk Vocal Group. Vocal Group adalah kelompok yang mengutamakan harmonisasi vokal diiringi gitar akustik/elektrik. Mereka piawai mengaransemen lagu pop dan daerah. Ini terkait dengan tren musiknya Pahama, Chaseiro, Elfa’s Singers, Katara Singers,
Hari Rusli dan kelompok vokal luar negeri Manhattan Transfers. Malah TVRI pun memberikan porsi khusus untuk acara penampilan Vocal Group bertajuk “Wisata Nada” seminggu dua kali.
Keberadaan Vocal Group tidak membuat band mati. Band malah digunakan sebagai pengiring tari modern, musik latar teater, pengiring lomba-lomba nyanyi (Pop Singer dll), dan berkolaborasi dengan musik tradisional.

Selanjutnya, aliran hard rock tidak lagi sebagai acuan bagi band2 yang terlahir belakangan, mengingat mulai awal ’80-an, genre musik dunia lebih variatif. Lantas, di mana band-band Indramayu memposisikan diri dari sisi genre musik ?
Nuansa bemusik anak muda Indramayu pada era ini bingung menentukan pilihan aliran musiknya. Apalagi waktu itu fasilitas band terbatas, rental studio musik belum ada, pendidikan musik minim, dan festival bandpun sangat langka. Maka tak heran beberapa band Indramayu memilih jalur sesuai kemampuan dan memainkan jenis musik idolanya masing-masing. Bomar Band memilih tembang berbau jazzy, kemudian Runtiq mengusung Top 40, lantas Kansas memainkan lagu-lagunya Rolling Stones. Memang, dampak positif atas keragaman musik dunia berperan pula mewarnai genre musik band-band Indramayu.

Jatibarang tak mau kalah. Bahkan fasilitas band yang dimiliki oleh seorang pengusaha bernama Topa bikin iri musisi Indramayu. Drum merk Tama, synthesizer dan aksesoris gitar (effect) Boss dan Roland telah bisa dimainkan H. Uun, Suyatno ‘Kancil’ Ismail, Jabrig, Alex. Namanya cukup sangar, Chempirax. Topa menyulap sebagian rumahnya untuk tempat latihan, bahkan mengundang musisi Indramayu untuk sama-sama latihan band. Bukan itu saja, rocker ‘gaek’ macam Dedi Dores, Dedy Stanzah, Ucok Harahap kerap bertandang ke markas Chempirax di Blok Gudang. Tak heran karena band ini berkiblat pada tradisi hard rock yang hampir dilupakan. Kemudian, Kancil, Karjo dkk mendirikan band Kawula Muda Club (KMC Band) di Gang Sinar. Menarik jika diamati, di kota Kecamatan yang dulu pernah digembor-gemborkan menjadi Kota Administratif ini, musik rock begitu kental terasa.

Generasi berkutnya yaitu Kaldera Band. Pemainnya merupakan gabungan personil band-band yang sudah tak aktif. Hanya pemain melodie selalu mengalami pergantian : Sunanto, Banu Warli, Opik ‘Ongle’, Yana dst. Band ini diberi nama Kaldera atas usulan Edy ‘Mozart’, sang drummer. Konon Kaldera adalah singkatan Keluarga Pemda Indramayu. Vokalis Kaldera diantaranya Usep Syaifudin, Gie Liong, Cep ‘Ewok’ Setiadi, Iin Indrayati, Tuti Tarmidi, Paloma, Neneng dan beberapa vokalis yang cuma numpang lewat. Kaldera mulai menyadari bahwa masalah manajemen di tubuh band memang perlu. Kaldera sering mengiringi penyanyi ibukota seperti Lilis Suryani, Connie Dio, Hari Mukti sampai penyanyi dangut Iis Dahlia.

Di sisi lain, waktu itu musik rock tengah melebarkan sayap menjadi menjadi beberapa sub-genre diantaranya art rock oleh Pink Floyd dan Yess, lantas menjadi progressive rock oleh Genesis, Dream Thaeter, Magellan dan band-band seangkatannya. Irama yang satu ini mengandalkan musik rock dengan balutan piano dan synthesizer. Sementara Ramones, Sex Pistols atau The Clash membentuk barisan sendiri : punk rock. Musik rock dibikin dengan struktur nada sederhana, nyaris tanpa lengkingan melodie serta kencang dimainkan dan penampilan urakan para personilnya. Di sisi lain, glam rock tetap mengedepankan irama cadas. Bedanya, terletak pada komposisi lagu bertempo lambat serta sa’ir yang bertutur seputar cinta menyayat hati. White Lion, Fire House, Bad English, Def Leppard sampai Bon Jovi masuk di kategori ‘rock manis’ ini. Yang benar-benar baru di tahun 1980-an yaitu new wave dengan perpaduan unsur rock dengan ska dan reggae. The Police, Human League, Simple Minds, Duran Duran, Men At Work sampai New Kids On The Block ikut memperkaya khasanah musik saat itu. Rock pun berbaur dengan jazz yang melahirkan fusion oleh Miles Davis, Herbie Hancock, Casiopea, Grover Washington, Uzeb, Spyro Gyra, Mezzoforte, Special EFX dll.

Paling tidak, gambaran di atas sebagai ilustrasi keberadaan band manca negara yang ternyata djadikan modal berharga bagi musisi Indramayu dalam mengasah skill individu. Musisi Indramayu, baik secara diam-diam maupun terang-terangan mempelajari dan mengadaptasi pola permainan band-band kesayangannya untuk kemudian dipentaskan di depan publik. Jadi, perbedaan mendasar dengan band-band sekarang adalah bahwa band Indramayu pada jaman itu hanya mementaskan lagu karya orang lain dan belum terpikirkan menghasilkan karya sendiri.

Indramayu, Maret 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar